Kamis, 14 Juli 2011

Haramnya Durhaka Kepada Kedu Orang Tua

Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Sukakah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]. Kemudian diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga anak yang durhaka, pe,imu, khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675]
Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah :
[1] Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
[2] Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
[3] Membentak atau menghardik orang tua.
[4] Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
[5] Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
[6] Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
[7] Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8] Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dll.
[9] Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
[10] Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orang tua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan kepada orang lain.
Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.
“Artinya : Dari Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, "Hadits Hasan Shahih", kata Al-Hakim, 'Shahih Sanadnya", Imam Dzahabi menyetujuinya]
Dalam hadits lain dikatakan.
“Artinya : Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim dan al’uquq (durhaka kepdada orang tua)” [Hadits Riwayat Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu] [1]
Keridlaan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridlaan istri dan anak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.
Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yang lainnya, dikatakan :
“Artinya : Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Telah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan adanya kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” [Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
Jadi, salah satu yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga adalah durhaka kepada kedua orang tuanya.
Dapat kita lihat bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnya tidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dalam hadits yang shahih Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ‘Telah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala -yang tidak diragukan tentang do’a ini-, yang pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anaknya yang kedua do’a orang yang musafir -yang sedang dalam perjalanan-, yang ketiga do’a orang yang dizhalimi” [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabaul Mufrad, Abu Dawud, dan Tirmidzi] [2]
Banyak sekali riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang akibat buruk dari durhaka kepada orang tua di dunia maupun di akhirat. Ada juga kisah-kisah nyata tentang adzab (siksa) dari anak yang durhaka, dari kisah tersebut ada yang shahih ada juga yang dla’if (lemah). Diantara kisah yang dla’if yang sering dibawakan oleh para khatib (penceramah) yaitu kisah Al-Qamah yang durhaka kepada ibunya sampai mau dibakar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ibunya mema’afkannya. Akan tetapi kisah ini dla’if dilemahkan oleh para ulama ahli hadits [3].






DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada orang tua akan mendapatkan siksa yang sangat berat dan pedih. Mengapa demikian hukuman Allah SAW.? Karena dia telah menentang perintah Allah, serta melakukan perbuatan yang sangat keji. Allah telah memerintahkan, agar setiap orang senantiasa memuliakan orangtua.

Bahkan perintah berbakti kepada orangtua disejajarkan dengan perintah beribadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an telah ditegaskan "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan : hus, dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang, serta ucapkanlah : "Ya Tuhanku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka keduanya telah mendidik aku sewaktu kecil." (QS. Al-Isra' : 23-24).

Keharusan bersyukur kepada kedua orangtua juga ditegaskan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur'an: "Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku-lah kamu akan kembali." (QS.Luqman: 14).

Berbakti kepada orangtua, nilai pahalanya tidak kalah dengan berjihad di jalan Allah. Sahabat Abdullah bin Amrin bin Ash menerangkan : "Pada suatu ketika ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah, memohon ijin untuk ikut berjihad bersama beliau. Lantas Rasulullah bertanya kepada lelaki itu: "Adakah orangtuamu masih hidup?" Jawabnya: "Ya, orangtuaku masih hidup dan telah berusia lanjut." Rasulullah kemudian bersabda: "Berbaktilah dan urus mereka dengan sebaik-baiknya, dalam diri orangtuamu itulah terdapat nilai jihad." (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amrin bin Ash). Durhaka kepada orangtua termasuk perbuatan dosa besar.

Dalam hal ini Rasulullah telah menegaskan: "Maukah sekiranya aku menceritakan kepadamu tentang sebesar-besar dosa besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua." Lantas Rasulullah duduk, lalu bersabda lagi: "Ingatlah, ucapan dusta dan sumpah palsu adalah termasuk dosa besar pula." (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi, orang yang durhaka kepada orangtua dosanya sama dengan dosa menyekutukan Allah. Karena itu, berhati-hatilah!Allah sangat melaknat orang yang berbuat durhaka kepada orangtua. Dalam hal ini Rasulullah telah menegaskan: "Allah sangat melaknat orang yang durhaka kepada orangtua.

Allah sangat melaknat orang yang mencela bapaknya, dan Allah sangat melaknat orang yang menyakiti hati ibunya."(HR.Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas).Siksa bagi orang yang berbuat durhaka kepada orangtua, diberikan dengan segera di dunia ini. Padahal dosa-dosa yang lain, siksanya ditunda sampai dengan hari kiamat tiba,

sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah: "Setiap dosa, siksanya ditunda sampai dengan hari kiamat tiba, kecuali siksa bagi orang yang durhaka kepada orangtua. Kepada pelakunya siksaan itu akan diberikan dengan segera, ketika masih berada di dunia ini." (HR.Hakim dan Abu Bakar).

Itulah pula yang menjadi tanda dari sebuah "dosa besar", yaitu manakala pelakunya akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. baik ketika masih berada di dunia (masih hidup) maupun di akhirat nanti (setelah mati).Imam Bukhari dan Muslim mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa pada suatu ketika ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah, seraya berkata : "Ya Rasulallah, siapakah di antara manusia ini yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Jawab Rasulullah : "Ibumu." Lelaki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Jawab Rasulullah: "Ibumu." Lelaki itu kemudian bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi, ya Rasulallah?" Jawab Rasulullah: "Ibumu." Lantas lelaki itu bertanya lagi: "Ya Rasulallah, kemudian siapa lagi?" Jawab Rasulullah: "Bapakmu. Baru kemudian keluargamu yang lebih dekat, dan yang lebih dekat."Secara tegas Rasulullah menekankan, bahwa berbakti kepada ibu lebih penting daripada berbakti kepada bapak. Demikian pula penghormatan serta kasih sayang kepada ibu harus lebih diprioritaskan.

Itulah sebabnya Rasulullah menyebutnya sampai tiga kali, sementara berbuat baik dan bakti kepada seorang bapak hanya disebut satu kali. Rasulullah berpesan demikian, karena pada kenyataannya perhatian dan kecintaan seorang ibu terhadap anak-anaknya jauh lebih besar dibandingkan dengan kecintaan dan perhatian seorang bapak.

Cobalah renungkan, penderitaan, kesabaran dan kecintaan seorang ibu mulai sejak mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, mengasuh, berjaga semalaman ketika si anak sedang sakit, mendidik sejak usia dini, semua kasih sayang seorang ibu dicurahkan kepada anaknya dengan penuh ketulusan hati.Sebelum terlambat dan tertutupnya pintu tobat, dan menghindari kemurkaan Allah SWT. kepada kita dengan azab dan siksa yang pedih baik di dunia maupun di akhirat, seorang anak, terutama ketika kedua orang tua masih hidup, sudah sepatutnya berbakti kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya dengan memperlakukan ibu dan bapak dengan penuh hormat dan dengan adab dan akhlak yang baik. Kenikmatan yang diperoleh anak manusia yang berasal dari karunia Allah SWT. melalui orangtuanya dari sejak berupa janin di rahim ibu sampai berhasil lulus menjadi sarjana atau lebih tinggi lagi, sungguh tidak bisa dinilai dengan uang. Namun, orangtua sama sekali tidak mengharapkan balasan berupa materi, melainkan hanya kasih sayang dan rasa hormat anak-anaknya. Banyak anak yang durhaka kepada orangtua karena menganggap dia lebih pintar, lebih kaya atau lebih terhormat dibandingkan kedua orangtuanya yang kurang berpendidikan dan hidup sederhana di kampung.

Seorang anak seringkali juga berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya karena pengaruh seorang isteri atau suaminya. Kini sudah banyak kita lihat dalam kehidupan, orang yang lebih mementingkan dan menuruti kemauan seorang isteri daripada orangtuanya. Bahkan tidak jarang mereka bahkan berani memperbudak orangtuanya untuk mencari kesetiaan dan simpati sang isteri. Mereka lupa bahwa kepintaran, kesuksesan dan kemewahan yang mereka dapatkan, semata-mata karena jerih payah penderitaan, dan yang paling utama adalah keikhlasan serta do'a dari orangtuanya. Jika sudah demikian, tunggulah musibah besar pasti akan menimpa mereka.Bagaimana adab seorang anak dihadapan orangtua sehingga terhindar dari perbuatan durhaka dan murka Allah yang sangat pedih di dunia dan di akhirat?

Beberapa diantaranya adalah :

1.. Mendengar dan memperhatikan ucapan orangtua dengan khidmat dan jangan sekali-kali memotong atau membantah ucapannya sebelum ia selesai berbicara. Memotong pembicaraan orangtua sama dengan tidak menghormatinya.

2.. Bersikap patuh terhadap perintah orangtua, selama perintah itu tidak bertentangan dengan hukum dan syari'ah agama dan bukan kedurhakaan terhadap Allah.

3.. Tidak mengeraskan suara melebihi orangtua, melainkan bertutur kata dengan lemah lembut dan penuh hormat.

4.. Menjawab panggilan orangtua dengan segera dan jawaban yang lemah lembut.

5.. Selalu berusaha mencari keridhaan orangtua. Rasulullah saw. bersabda: "Keridhaan Allah tergantung dari keridhaan orangtua dan murka Allah-pun tergantung pada kemurkaan orangtua. (HR.Hakim).

6.. Bersikap sopan, ramah dan tawadhu' di hadapan orangtua. Seorang anak jangan bersikap urakan di depan orangtua, apalagi memperlakukannya dengan semena-mena, misalnya dengan membentak dengan perkataan kasar atau menyakitinya secara fisik. Perbuatan semacam ini jelas perbuatan seorang anak yang durhaka yang sangat dimurkai Allah.

7.. Tidak mengungkit-ungkit jasa atau menyebut-nyebut kebaikan-kebaikan yang ia pernah berikan kepada orangtua. Perbuatan ini akan sangat menyakitkan hati orang tua sehingga mendapat ancaman siksa dunia akhirat.

8.. Tidak mengerutkan muka di hadapan orangtua, dan apabila masih hidup dibawah tanggungan orangtua (belum berkeluarga) jangan pergi tanpa se-izin orangtua.

9.. Menghormati dan berbuat kebaikan kepada saudara dan teman-teman dekat orangtua, apabila kedua orangtua telah meninggal dunia.

10.. Mengikuti segala nasihat orangtua untuk kebahagiaan anak di dunia dan di akhirat, sebab pada dasarnya tidak ada orangtua yang menginginkan anak-anaknya menderita.Marilah kita selalu memohon pertolongan Allah SAW. agar senantiasa dapat berbakti kepada kedua orangtua kita dan mendapatkan keridhaannya, menjauhkan kita dari sifat durhaka serta membimbing kearah keselamatan yang abadi baik di dunia maupun di akhirat.






ahaya Menghina Orang Tua
Minggu, 11 May 2008 18:01

Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan sebaliknya, berbakti kepada orang tua merupakan amalan utama yang pahalanya besar. Berikut uraian Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair.

Allah ta’ala berfirman

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)

Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ (AI-Isra': 23)

Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka

Allah melanjutkan firman-Nya,
وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)

Yakni ucapan yang lemah lembut.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’ (AI-Isra':24)

Allah Ta'ala berfirman,

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)

Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:

1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.

2. Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat'. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.

3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim)

Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua"

Lihatlah bagaimana Allah mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua, orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui sesuatu yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka berbuatlah orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia tidak akan masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang tua semaunya, tidaklah ia masuk neraka"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik).

Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.

Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka"

Di antara bentuk pengabdian adalah memberi nafkah kepada mereka di saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu dan hartamu untuk bapakmu"

Ka'abul Ahbar ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu? la menjawab, "Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya"

lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surga dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, 'Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah harus tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat" (Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang haditsnya matruk, tertinggal dan tidak diakui).

Seseorang datang kepada Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata, Hai Abu Darda', sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda' berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. "Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau jagalah".

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya: doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seorang bibi berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya dalam rangka rasa bakti, kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan. (Diriwayatkan Tirmidzi dan menilainya sebagai hadits shahih).

Dari Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima (waktu), aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji
ke Baitullah. Maka apa yang aku dapatkan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"

Juga diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"

Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.

Seorang laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan anak mereka. Yang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini keluar dari tulang rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah, ia membawanya dengan ringan dan meletakkannya secara menyenangkan, sedangkan aku mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga menyusuinya dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memutuskan anak itu untuk ibunya.

Nasihat
Wahai yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu.

Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya, padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj, dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya. (AI-Hajj: 10).

Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu

Kasihan, mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi yang buta hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap semua doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu membutuhkannya.

Kisah Al Qomah
Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah.

Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat.

Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya,
"Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup?"

"Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta." Utusan itu menjawab,

Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, "Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu."

 Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya. lbu itu berkata, "Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya."

lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya:
"Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku. Bagaimana keadaan anakmu Alqamah?"

"Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah." Jawabnya

"Lalu bagaimana dengan dirimu?" Tanya Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya. " Jawabnya.

"Mengapa begitu?"

"Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku."

"Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat." Sabda Rasulullah saw.

Beliau berkata lagi, "Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak!"

"Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan?" Protes ibu Al Qomah.

"Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu." Tegas Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku.!" Rintih sang Ibu.

"Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia." Nasehat Rasulullah saw.

" Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya."

"Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah." Tegas Ibu  AL qomah.

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak!" Kemudian  Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha illallah.

Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda:

"Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya."

Dari kisah ini, kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

0 komentar:

Posting Komentar